Borneo Dream Part I
Senja di Bandar Udara Tjilik Riwut, Palangkaraya
Gallery tersebut cukup nyaman dan pengunjung dapat berkeliling melihat dokumentasi tersebut untuk mengenal lebih dalam sosok Tjilik Riwut. Selain itu, yang unik Gallery tersebut dilengkapi resto yang menyuguhkan penganan khas Dayak. Saya pun mencoba penganan Juhu Umbut Rotan dan Tanak ikan lais. Juhu umbu rotan berasal dari rotan muda, rasanya memang ga familiar seperti sayur yang umumnya saya makan. Begitupula ikannya pun khusus hanya ada di Kalimantan. Mantap lah untuk wisata kuliner.
Tanak Ikan Lais
Kalau bicara kota, Palangkaraya merupakan kota yang cukup tenang jadi santai kemana pun bebas macet. Tapi sangat jarang dijumpai kendaraan publik. Palangkaraya cukup sering menjadi sorotan akibat kebakaran hutan dan lahan gambut yang hampir setiap tahun terjadi. Terutama terdapat sebuah wilayah yang bernama Pulang Pisau. Pulang Pisau merupakan sebuah kabupaten yang dapat ditempuh selama kurang lebih satu jam dari kota Palangkaraya. Pulang Pisau merupakan kawasan lahan gambut yang bersebelahan dengan Sungai Kahayan. Pulang Pisau pun mengalami kebakaran hebat pada tahun 2015. Bicara kebakaran lahan memang kompleks penyebabnya baik dari kondisi cuaca El Nino, kontur lahan gambut yang kering yang rawan kebakaran, pembakaran lahan baik yang dilakukan secara tradisional ataupun yang dilakukan oleh perusahaan hingga dampak kebijakan pengelolaan lahan di masa Orde Baru hingga saat ini yang belum mampu memecahkan persoalan ini. Awal mula kebakaran hutan dan lahan gambut pada tahun 1997, namun sebenarnya tahun 1980-an sudah ada kebakaran hutan dan lahan gambut, namun media belum sebanyak sekarang sehingga belum banyak terangkat beritanya.
Kenapa judulnya Borneo Dream? Ada mimpi khusus untuk saya bahwa suatu saat hutan di Kalimantan akan kembali menghijau seperti di masa lampau (semoga). Nama Borneo seakan tidak lepas dengan hutan dan hal tropis lainnya. Keindahan Borneo lekat dengan keanekaragaman hayati, walaupun saat ini mengalami ancaman kerusakan dan kepunahan.
Memasuki kota Palangkaraya akan memasuki bandar udara Tjilik Riwut. Kenapa namanya bandar karena memang belum sebesar bandara, walaupun terlihat pembangunan di sekitar bandar udara yang entah apa akan menjadi bandara atau pembangunan infrastruktur saja.
Memasuki kota Palangkaraya akan memasuki bandar udara Tjilik Riwut. Kenapa namanya bandar karena memang belum sebesar bandara, walaupun terlihat pembangunan di sekitar bandar udara yang entah apa akan menjadi bandara atau pembangunan infrastruktur saja.
Baru sekitar seminggu yang lalu, saya ke Palangkaraya dan saya ingin cepat-cepat menulis untuk edisi jalan-jalan. Untuk edisi khusus lainnya, tulisan saya akan dimuat di media yang lain.
Mengenai Tjilik Riwut merupakan nama pahlawan suku Dayak yang sangat populer. Tjilik Riwut pernah menjabat menjadi Gubernur Kalimantan Tengah. Konon menurut cerita, beliau pernah mengelilingi pulau Kalimantan hanya dengan berjalan kaki, naik perahu dan rakit.
Tjilik Riwut ditetapkan sebagai pahlawan Nasional pada tahun 1998 sebagai penghargaan terhadap perjuangan dan pengabdiannya untuk Kalimantan Tengah. Tjilik Riwut pernah berjasa memimpin Operasi Penerjunan Pasukan Payung Pertama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ketika beliau berpangkat Mayor TNI. Pangkat terakhir Tjilik Riwut adalah Marsekal Pertama Kehirmatan TNI AU (https://id.wikipedia.org/wiki/Tjilik_Riwut).
Tjilik Riwut
Mengenai Tjilik Riwut merupakan nama pahlawan suku Dayak yang sangat populer. Tjilik Riwut pernah menjabat menjadi Gubernur Kalimantan Tengah. Konon menurut cerita, beliau pernah mengelilingi pulau Kalimantan hanya dengan berjalan kaki, naik perahu dan rakit.
Tjilik Riwut ditetapkan sebagai pahlawan Nasional pada tahun 1998 sebagai penghargaan terhadap perjuangan dan pengabdiannya untuk Kalimantan Tengah. Tjilik Riwut pernah berjasa memimpin Operasi Penerjunan Pasukan Payung Pertama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ketika beliau berpangkat Mayor TNI. Pangkat terakhir Tjilik Riwut adalah Marsekal Pertama Kehirmatan TNI AU (https://id.wikipedia.org/wiki/Tjilik_Riwut).
Tjilik Riwut
Bagi yang ingin mengenal Tjilik Riwut lebih dalam dapat mengunjungi Rumah Tjilik Riwut Gallery & Resto. Dalam Galery tersebut terpajang dokumentasi dimulai dari foto, pakaian dinas, piagam penghargaan yang pernah diterima Tjilik Riwut. Adapun galeri tersebut dibangun atas inisiatif putra putri Tjilik Riwut.
Gallery tersebut cukup nyaman dan pengunjung dapat berkeliling melihat dokumentasi tersebut untuk mengenal lebih dalam sosok Tjilik Riwut. Selain itu, yang unik Gallery tersebut dilengkapi resto yang menyuguhkan penganan khas Dayak. Saya pun mencoba penganan Juhu Umbut Rotan dan Tanak ikan lais. Juhu umbu rotan berasal dari rotan muda, rasanya memang ga familiar seperti sayur yang umumnya saya makan. Begitupula ikannya pun khusus hanya ada di Kalimantan. Mantap lah untuk wisata kuliner.
Juhu Umbu Rotan
Kalau bicara kota, Palangkaraya merupakan kota yang cukup tenang jadi santai kemana pun bebas macet. Tapi sangat jarang dijumpai kendaraan publik. Palangkaraya cukup sering menjadi sorotan akibat kebakaran hutan dan lahan gambut yang hampir setiap tahun terjadi. Terutama terdapat sebuah wilayah yang bernama Pulang Pisau. Pulang Pisau merupakan sebuah kabupaten yang dapat ditempuh selama kurang lebih satu jam dari kota Palangkaraya. Pulang Pisau merupakan kawasan lahan gambut yang bersebelahan dengan Sungai Kahayan. Pulang Pisau pun mengalami kebakaran hebat pada tahun 2015. Bicara kebakaran lahan memang kompleks penyebabnya baik dari kondisi cuaca El Nino, kontur lahan gambut yang kering yang rawan kebakaran, pembakaran lahan baik yang dilakukan secara tradisional ataupun yang dilakukan oleh perusahaan hingga dampak kebijakan pengelolaan lahan di masa Orde Baru hingga saat ini yang belum mampu memecahkan persoalan ini. Awal mula kebakaran hutan dan lahan gambut pada tahun 1997, namun sebenarnya tahun 1980-an sudah ada kebakaran hutan dan lahan gambut, namun media belum sebanyak sekarang sehingga belum banyak terangkat beritanya.
Wilayah lahan gambut di Pulang Pisau
Jalan yang belum beraspal di lahan gambut di Pulang Pisau menuju Sungai Kahayan
Rumah Betang kecil di Pulang Pisau ini menandakan kepemilikan lahan, bagian depan terdapat sisa-sisa kebakaran tahun 2015
Ketika memasuki kawasan Pulang Pisau, cuaca cukup terik, konon teman-teman saya mengatakan ya wilayah lahan gambut seperti ini temperaturnya. Saya tidak dapat membayangkan ketika kebakaran hebat terjadi di kawasan ini. Lahan yang begitu luas, terbakar, panas, pengap, kabut asap membuat sesak napas dan perih mata, satwa-satwa entah kemana. Yang pasti melihat sisa-sisa kebakaran tahun 2015, saya merasakan kesedihan dan kengerian. Semoga kebakaran lahan gambut tidak terjadi lagi.
Setiap tahun, berita terkait kebakaran lahan gambut atau populernya atau umumnya diketahui kebakaran lahan yang melanda Pulau Kalimantan dan Sumatera. Istilah lahan gambut pun menjadi istilah baru artinya tidak semua penduduk Indonesia mengetahui apa itu lahan gambut. Berdasarkan data CIFOR tahun 2006, lahan gambut di Indonesia seluas 21.001.492 hektar. Waw luas juga ya.
Ketika memasuki kawasan Pulang Pisau, cuaca cukup terik, konon teman-teman saya mengatakan ya wilayah lahan gambut seperti ini temperaturnya. Saya tidak dapat membayangkan ketika kebakaran hebat terjadi di kawasan ini. Lahan yang begitu luas, terbakar, panas, pengap, kabut asap membuat sesak napas dan perih mata, satwa-satwa entah kemana. Yang pasti melihat sisa-sisa kebakaran tahun 2015, saya merasakan kesedihan dan kengerian. Semoga kebakaran lahan gambut tidak terjadi lagi.
Setiap tahun, berita terkait kebakaran lahan gambut atau populernya atau umumnya diketahui kebakaran lahan yang melanda Pulau Kalimantan dan Sumatera. Istilah lahan gambut pun menjadi istilah baru artinya tidak semua penduduk Indonesia mengetahui apa itu lahan gambut. Berdasarkan data CIFOR tahun 2006, lahan gambut di Indonesia seluas 21.001.492 hektar. Waw luas juga ya.
Lahan gambut ini berbeda dengan lahan pada umumnya, lahan gambut tidak memiliki tingkat kepadatan yang sama dengan tanah. Maka, lahan gambut membutuhkan banyak air, apabila cadangan air mengering, maka lahan gambut sangat mudah terbakar di musim kemarau. Uniknya, sepanjang jalan, saya melewati jalan di Palangkaraya, apabila berjalan kaki seperti sedang berada di pantai karena terdapat pasir pantai sepanjang jalan.
Namun, ternyata Indonesia mempunyai jalan kualitas super yang berusia lebih dari 50 tahun di sepanjang jalan 34 km dari kota Palangkaraya-Tangkiling yang dibangun di atas lahan gambut yang biasa disebut jalan Rusia atau jalan Tjilik Riwut. Jalan tersebut telah dibangun pada tahun 1960-an pada era Presiden Soekarno dengan melibatkan banyak insinyur dari Rusia. Maka kemudian mendapatkan julukan jalan Rusia. Jalan tersebut dibangun di atas lahan gambut yang digali kemudia ditimbun sirtu (pasir batu). Maka terjadi penguatan struktur yang menyebabkan struktur jalannya baik kualitasnya. (http://finance.detik.com/read/2015/03/30/151449/2873614/4/bertahan-hingga-50-tahun-ini-rahasia-jalan-rusia-di-palangkaraya)
Walaupun belum banyak mengeksplorasi Kalimantan Tengah, namun tulisan Borneo Dream ini akan ada sambungan. Penasaran? tunggu tanggal mainnya ya hahaha. Menjelajah Kalimantan membuat saya semakin cinta pada Indonesia. Indonesia memang hebat.
Komentar
Posting Komentar