Mau Ke Cirebon Tah Nok/ Nang?
Pertanyaan Mau ke Cirebon tah Nok/ Nang? Artinya mau Cirebon ya neng/ mas? Tah dalam ungkapan percakapan bagi masyarakat di Cirebon sering digunakan. Sementara nok atau nang artinya neng dan mas (lanang). Cirebon merupakan kota perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah yang terletak di jalur Pantura, memiliki temperatur yang panas karena merupakan kota pelabuhan alias dekat dengan laut. Cirebon memiliki potensi wisata sejarah, namun belum tergali terlalu dalam potensinya.
Foto di atas merupakan Gua Peteng yang terletak di kompleks Gua Sunyaragi. Gua Sunyaragi terletak di pinggir jalan yang terletak di jalan Bypass Brigjen Dharsono, Cirebon. Sunyaragi terdiri dari dua kata yaitu Sunya yang berarti sepi dan ragi berarti raga. Sunyaragi merupakan taman pemandian layaknya Tamansari Yogyakarta, namun Gua Sunyaragi digunakan untuk tempat meditasi bagi keluarga Sultan Cirebon. Yang unik dari Gua Sunyaragi ini adalah bebatuan yang menyerupai batu karang. Sayang sekali, memasuki Gua Sunyaragi sangat minim informasi bagi pengunjung sehingga sebagai pengunjung saya hanya bisa melihat-lihat tanpa mendapatkan informasi untuk menambah pengetahuan. Adapun tiket masuk cukup terjangkau hanya Rp 10.000,00 saja. Saya berkunjung ke Gua Sunyaragi tahun 2015 awal, saat itu bertepatan dengan pagelaran tari Topeng. Tidak jauh dari komplek Gua Sunyaragi terdapat panggung budaya yang digunakan untuk pementasan kesenian. Kalau beruntung, pas ada pementasan kesenian akan jadi hiburan tersendiri selain mengunjungi Gua Sunyaragi.
Pintu Masuk Gua Sunyaragi (Yang di Tengah itu Bukan Penampakan, asli..li)
Tari Topeng
Selain itu, tujuan lainnya ke Cirebon yaitu Keraton Kasepuhan. Keraton Kasepuhan menjadi ciri khas yang tidak dapat dipisahkan dari Cirebon yang terletak di jalan Kasepuhan 43, Kampung Mandalangan yang terletak tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Kejaksan, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Keraton Kasepuhan didirikan oleh Pangeran Cakrabuana pada masa perkembangan Islam sekitar tahun 1529. Keraton kasepuhan adalah kerajaan Islam tempat para pendiri Cirebon bertahta yang merupakan pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon (http://www.seputar-cirebon.com/wisata-sejarah-di-keraton-kasepuhan-cirebon/)
Bagian Depan Keraton Kasepuhan
Harga Tiket Masuk untuk orang dewasa sebesar Rp 20.000,00. Saat itu, rombongan keluarga saya membawa dua orang anak balita, namun harga tiket dibebankan pada orang dewasa saja. Memasuki Keraton, pengunjung akan didamping seorang pemandu yang akan banyak bercerita tentang sejarah Kasultanan Cirebon. Sebenarnya sejarahnya menarik, pendiri Kerajaan Cirebon adalah Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati yang merupakan salah satu Wali Sanga dikaitkan dengan berdirinya Sunda Kelapa yang saat ini bernama Jakarta melalui Fatahillah. Informasi ini saya dapatkan dari pemandu di Keraton Kasepuhan. Selayaknya sejarah ini seharusnya tercatat lebih utuh. Namun keterbatasan referensi sejarah membuat saya tidak dapat menuliskan lebih banyak sejarah yang menarik ini. kalau ditelusuri lebih jauh, pastinya akan sangat menarik untuk disimak sejarah Kasultanan Cirebon.
Keramik yang Bercerita
Coba lihat gambar atas (Bagian Depan Keraton Kasepuhan) dan gambar ini, terdapat keramik yang merupakan rangkaian cerita. Keramik berwarna biru merupakan keramik yang dibawa Belanda dengan gambar khas Belanda seperti kincir angin. Selain itu, keramik berwarna coklat merupakan kisah-kisah para nabi. Namun, informasi ini pun terbatas karena saya tidak melihat benang merah dari keramik-keramik yang terpasang di dinding tersebut.
Di dalam Keraton Kasepuhan terdapat bangunan yang bernama Museum Kereta Singa Barong. Di dalam museum ini terdapat, Kereta Kencana. Kereta ini digunakan dalam acara-acara kerajaan pada Masa Sunan Gunung Jati. Namun saat ini, kereta Kencana yang digunakan adalah replika yang terletak di bagian belakang museum ini. Sementara, Kereta Kencana yang asli dipajang di bagian depan museum. Menurut sang pemandu (sayang, saya lupa namanya dan lupa tidak mengabadikan fotonya) di bagian kepala kereta terdapat penampakan gajah yang merupakan persahabatan Cirebon dan India. Di depan kereta terdapat kepala naga yang mewakili hubungan China dan Cirebon. Bagian kanan dan kiri kereta terdapat sepasang sayap yang apabila kereta bergerak maka kedua sayap akan mengepak. Sayap ini bernama Bouraq menunjukkan hubungan Cirebon dan Mesir.
Kereta Kencana Singa Barong
Bangunan Keraton Kasepuhan cukup unik dan terdapat batu karang yang terdapat di Gua Sunyaragi di beberapa lokasi. Namun, saya tidak mendapatkan informasi yang cukup terkait hubungan batu karang tersebut antara Gua Sunyaragi dan Keraton Kasepuhan. Namun, yang pasti keduanya memiliki hubungan erat sebagai situs sejarah Kasultanan Cirebon.
Memang suasana Keraton Kasepuhan dan Keraton Jogjakarta cukup berbeda. Keraton Kasepuhan memang kurang terawat. Namun berdasarkan informasi sang pemandu, Keraton Kasepuhan yang lebih baik dibanding keraton lainnya yang berada di Cirebon. Pengemis nampak dijumpai di gerbang masuk Keraton. Selain itu, orang-orang yang 'nongkrong' sehingga memberikan rasa kurang nyaman bagi pengunjung. Hingga petugas kebersihan yang nampak membersihkan ala kadarnya dan berharap sumbangan dari pengunjung dengan cara mengikuti pengunjung yang masuk ke beberapa gedung. Maka, tidak heran di beberapa lokasi dapat ditemui pecahan uang rupiah yang merupakan imbalan ala kadarnya dari pengunjung bagi petugas kebersihan. Sang pemandu pun bercerita, kalau Keraton Jogja memang berbeda karena sultannya tidak menganggur, sementara Sultan di Cirebon kan tidak punya kuasa. Selain itu, dana bagi Keraton Kasepuhan pun minim, maka kondisi Keraton Kasepuhan mejadi kurang terawat.
Petugas Kebersihan di bagian kiri gerbang yang berharap sumbangan dari pengunjung
Kerumunan orang yang tengah 'Nongkrong' di depan Museum Benda Kuno
Pecahan uang tersebut dapat ditemui di bagian dalam Museum Singa Barong dan Museum Benda Kuno sebagai upah sukarela dari pengunjung kepada petugas kebersihan
Komentar
Posting Komentar