Jakarta oh Jakarta


Foto itu saya ambil pada Kamis, 29 Agustus 2013, di Stasiun Tanah Abang, pukul 7 WIB. ya, sekarang saya menjadi masyarakat urban yang menggunakan commuter line alias kereta api listrik-KRL. Saya tinggal di daerah penyangga ibu kota Jakarta di kawasan yang biasa dikenal Jabodetabek. Dulu tidak pernah terbayangkan, saya akan menjadi bagian masyarakat urban Jakarta. Ketika masih kuliah, beberapa kali saya ke Jakarta, memang Jakarta memiliki 'passion' untuk bekerja. Ada harapan ingin bekerja di Jakarta, tapi banyak keraguan karena Jakarta berbeda dengan kota kelahiran saya. Keseharian masyarakat di Jakarta sibuk di pagi siang sore bahkan hingga malam hari pun. Contohnya lalu lintas Jakarta yang sibuk alias macet anytime at anywhere.Walaupun kota kelahiran saya kini pun mengalami kemacetan juga namun belum separah Jakarta.
Saya hanya menganalisa sederhana saja, lantas apa yang kurang ya dalam infrastruktur dan sarana transportasi di Jakarta sampai macetnya tidak menemui solusi yang mujarab. mari kita analisa:
  1. Angkutan kota, tersebar dimana-mana, namun minim kenyamanan dan rasa aman pun cukup terusik akibat kasus pelecehan terhadap perempuan.Namun, angkot panggilan singkat angkutan kota, cukup mengakomodir untuk kebutuhan transportasi dengan jarak tempuh regional.
  2. Metro Mini & Kopaja, kedua mini bis ini sangat jauh dari kelayakan. Selain moda transportasi yang sudah uzur, pengemudinya pun seringkali seperti wong edan di jalanan yang mengemudikan kendaraan seenaknya. Tapi bagi masyarakat yang membutuhkan, tidak ada pilihan.
  3. Bus Transjakarta atau biasa dikenal Busway, cukup nyaman dan melewati berbagai belahan tempat di kota Jakarta. hanya dengan Rp. 3.500 dengan aman bisa kemana-mana. Namun, kalau situasi macet, kena macet. Walaupun ada perlintasan khusus Busway, tapi kesadaran masyarakat yang rendah jadi kalau macet mengambil jalur busway. Namun sudah ada perbaikan pelayanan, dengan sistem buka tutup di beberapa tempat, bagi yang mengambil jalur busway terkena tilang. Selain itu ketika jam kerja, di shelter busway seringkali terjadi penumpukan penumpang karena busway yang terlambat datang. Ya itu tadi karena busway yang harusnya bebas macet, kena macet juga karena ulah tidak disiplin masyarakat menerabas jalur busway.
  4. Bis antar kota, seperti Mayasari Bakti & Agra Mas. Bis ini mengangkut penumpang dari daerah pinggiran Jakarta seperti dari kota Tangerang, Depok maupun Bekasi. Bisnya cukup nyaman, namun tidak bebas macet.
  5. Mau bebas macet, dari Serang, Depok, Bogor, Serpong, Tangerang, Bekasi ke Jakarta? ada moda transportasi commuter Line. Dengan tiket seharga Rp 2.000, tambahan Rp 500 untuk tambahan transit. Cukup terjangkau dan bebas macet. Namun saat ini diberlakukan kartu jaminan Rp 5.000 yang dapat digunakan terus. Kartu jaminan ini sempat mendapat protes dari para pengguna. Namun, sebagai pengguna harus ngaca diri doong, PT. KAI juga mengalami kerugian akibat kartu yang hilang maupun kartu yang rusak akibat tangan-tangan jahil. KRL jadi pilihan yang tepat, tapiiii...karena murah jadi penumpangnya membludak terutama di jam berangkat dan pulang kerja. Maka harus kuat berdiri dan berdesak-desakan dengan berbagai aroma bau badan, bau mulut, dan bau lainnya. 
  6. Ada lagi transportasi swadaya kalau kepepet dan ingin cepat sampai tujuan yaitu ojek. Transaksinya tawar menawar saja. kalo pas, langsung meluncur. Ojek cukup membantu bagi yang butuh cepat sampai lokasi.
Setelah saya amati, moda transportasi di kota Jakarta, sudah lengkap, namun pelayanan dan infrastruktur transportasi tetap harus diperbaiki. Ya, memang penduduk kota Jakarta dan masyarakat pinggiran kota Jakarta yang bekerja di kota Jakarta jumlahnya memang buanyaaak..jadi mau transportasi sebanyak apa pun tidak akan mampu mengatasi kemacetan atau mengatasi membludaknya penumpang.
Yah, sekian lah sodara-sodara sebangsa dan setanah air, berdasarkan analisis saya (seperti sentilan Sentilun). Walaupun kehidupan di ibu kota berat, namun tetap harus disyukuri. Masih banyak saudara-saudara kita di daerah terpencil atau di perbatasan kekurangan akses. Saya jadi teringat pemikiran Dr. Amartya Sen dalam bukunya Development as Freedom, 'kemiskinan itu akibat ketiadaan akses'. Maka bagi masyarakat menengah ke bawah di kota Jakarta masih bisa berusaha, bagaimana dengan saudara kita yang lain. Untuk maju saja, tidak ada fasilitas listrik, minim transportasi publik. Mari kita berkontemplasi memikirkan saudara-saudara kita yang lain.

Komentar

  1. Nice one Kaka. I like it.

    BalasHapus
  2. hihi..pasti di Inggris nyaman pake transportasi publik..ditunggu ceritanya ;)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer