Pemilu....milu moal? Milu Kamana?
Pemilu atau pemilihan umum, nah gimana dengan judul di atas, pemilu..milu moal? milu kamana? untuk urang Sunda pasti mengerti artinya. Baiklah, saya terjemahkan. Pemilu..ikut engga? ikut kemana? Nah tahun ini, 2014 jadi tahun politik. Karena akan memilih anggota legislatif dan memilih presiden beserta wakilnya. Saking tahun politiknya, kabut asap di Riau yang udah pekat beberapa bulan ini, luput dari peredaran. Itu pun, pak Presiden datang ke Riau setelah banyak pertanyaan, hujatan dari masyarakat melalui twitter. Sekarang lebih enak mau bicara langsung ke presiden ada medianya, dulu kan bingung. Harus tulis surat ke mana, alamatnya ke mana, takutnya alamat palsu (iiihh emangnya lagunya Ayu Tingting). Terus presiden, menteri-menterinya hingga kepala daerah maupun anggota legislatif banyak yang cuti karena terlibat jadi juru kampanye lah, mencalonkan diri jadi anggota legislatif, hingga mencalonkan diri jadi presiden. Haduuh..kalau banyak yang cuti, gimana doong jalannya pemerintahan? Saya bingung jawabnya (loh ko, saya yang jawab??). Berarti aturan main untuk mengikuti pemilu pun tidak ketat sehingga pihak-pihak yang masih bertugas di pemerintahan maupun parlemen bisa pula mengikuti pemilu.
Nah, fenomena umum menjelang pemilu ataupun pilkada adalah bertebarannya alat peraga kampanye. Baik itu stiker, baliho, spanduk yang bertebar dimana-mana, yang membuat tambah sareukseuk (baca:amburadul) suatu kota. Sepanjang pengamatan saya, alat peraga itu dipasang di tiang listrik, jalan raya, jembatan maupun jembatan di jalan tol, taman kota, pohon, di warung, di bengkel dan banyak lagi. Hanya satu tempat publik yang caleg urung memasang alat peraga kampanye yaitu di toilet umum. Pertanyaannya, ko masang alat peraga kampanye di sembarang tempat? Nah, kalau ada aturannya memasang alat peraga kampanye, lantas apakah pemerintah sudah menyiapkan tempat atau pun sarana bagi para caleg untuk memajang alat peraga kampanye agar semua warga kenal wajahnya, agar ga kalah ngetop dengan bang haji. Lama-lama penempelan alat peraga kampanye membuat keindahan kota berkurang maka yang ada menjadi kumuh dan semrawood.
Nah, selain pemasangan alat peraga kampanye, ada juga hal yang menggelikan yaitu janji-janji caleg. Misalnya: berjuang untuk kesejahteraan, berantas korupsi, pilihlah no...untuk Indonesia yang lebih baik. Bahkan ada yang lebih gombal begini : "pintar akan kejujuran, bodoh akan korupsi". Ingin hati menjawab :"sebagai rakyat, pintar melihat, bodoh memilih caleg" hehehe pasti seru. Hanya satu yang caleg ga berani janjikan yaitu "pilihlah saya, pasti masuk surga".
Yah, mudah-mudahan pemilu 2014 akan membawa Indonesia lebih baik, mampu memberantas korupsi dan mampu menempatkan hukum sebagai panglima, Indonesia lebih sejahtera, masyarakat mampu bersekolah dan banyak lah harapan saya sebagai rakyat. Pesan saya untuk para caleg maupun capres, jangan hanya berjanji saja, buktikanlah. Janji anda mungkin tidak dapat ditagih rakyat, tapi janji anda akan ditagih Tuhan pada saatnya nanti.
Komentar
Posting Komentar