Karst Citatah

                   Penambangan batu kapur di Gunung Tanjung Padalarang

Pernah denger istilah karst? Saya pertama kali dengar istilah ini, waktu masih menjadi wartawan radio di Bandung (ini enaknya jadi wartawan, banyak tau segala hal). Tapi, saya tidak memiliki kesempatan untuk meliput tentang ini karena liputan saya khusus di Bandung, tidak di Bandung Barat dimana karst Citatah berada. Tapi, kesempatan meliput ini justru ketika saya bergabung di salah satu stasiun Tv nasional. Asiknya, saya jadi berasa pulang kampung ke Bandung. 
Karst Citatah terletak di sepanjang kawasan Padalarang di Kabupaten Bandung Barat. Karst Citatah dikenal dengan nama Tagog Apu. Pada tahun 1929 termasuk dalam situs geologi. Istilah karst merupakan batu yang mengalami proses pelarutan berupa batu gamping dan batu kapur. Pelarutan tersebut membentuk gua maupun tebing. Karst Citatah konon menjadi cikal bakal terbentuk Bandung. 300 juta tahun yang lalu Karst Citatah merupakan laut dangkal yang dikenal dengan terbentuknya Danau Bandung Purba. Karst Citatah terdiri dari tebing dan pegunungan. Salah satunya, Gunung Pabeasan atau yang terkenal dengan nama tebing 125 yang merupakan tempat favorit bagi para pemanjat tebing. Namun, meningkatkanya kegiatan pertambangan mengakibatkan hilangnya jalur pendakian yang berpengaruh terhadap prestasi atlit pemanjat tebing.
Karst Citatah terdiri dari rangkaian Gunung Pawon, Gunung Hawu, Gunung Pabeasan, gunung Pasir Bancana, Gunung Manik, Gunung Masigit dan Gunung Sangiangtikoro. Namun hamparan pengunungan tersebut gersang diterjang alat berat dan bahan peledak.

                        Proses pertambangan dengan menanamkan alat peledak
                                           
Kegiatan penambangan batu kapur ini dari skala kecil hingga skala berat berdampak pula terhadap ancaman situs arkeologi. Salah satunya, yang terletak di Gunung Masigit yang merupakan kawasan yang dilindungi karena gunung Masigit letaknya tidak jauh dari Gua Pawon. Dalam Gua Pawon ditemukan fosil manusia purba ras Mongoloid yang berusia lebih dari 5600 tahun.
Sejak tahun 2009, kawasan Gunung Masigit dan Gua Pawon ditetapkan sebagai wisata pendidikan dan dilarang menjadi zona penambangan batu berdasarkan peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 7 Tahun 2010. Namun sayang, peraturan ya tidak berjalan dengan baik. Kegiatan penambangan tetap masif dilakukan. Maka, selain berdampak pada hilangnya jalur pendakian, mengancam situs arkeologi, mengancam pula terhadap lingkungan hidup. 
Kegiatan penambangan menggunakan bahan peledak mengancam keberadaan mata air. Di sepanjang karst Citatah terdapat tiga mata air diantaranya Cihampelas, Panyusuhan dan Cikole. Menurut penuturan warga, kegiatan penambangan menggunakan bahan peledak menyebabkan menurunnya debit air.
Sementara dari kajian geologi, struktur batu gamping dapat meresapkan air hujan. Kegiatan penambangan menggunakan bahan peledak dapat berpotensi menurunkan debit air dan berpotensi terjadinya longsor.
Tulisan ini disarikan dari naskah hasil liputan saya di tahun 2010, dengan wawancara pakar (arkeolog dan geolog ITB), wawancara penduduk, WALHI hingga pemerintah daerah Jawa Barat.
Semoga tinggalan sejarah tidak akan hilang akibat proses penambangan dan semoga kawasan Karst Citatah masih menjadi tempat yang layak huni bagi warganya kini dan di masa depan.
       Saya mejeng di bukit 125 yang terletak tidak jauh dari rangkaian Karst Citatah








Komentar

Postingan Populer