Ancaman Keamanan Manusia (Akibat Kabut Asap)
http://indonesiaforest.net/pict-indonesia-forest-39.jpg
Kabut asap yang
menyeruak di sebagian pulau Sumatera dan Kalimantan yang sudah berlangsung
berbulan-bulan, belum menunjukkan tanda-tanda positif terbebas dari kabut asap.
Pemerintahan berganti periode, namun belum mampu menyelesaikan warisan masalah
lingkungan hidup yang cukup serius.
Pemerintahan
Joko Widodo sangat lamban menangani kabut asap yang terjadi di beberapa wilayah
dengan berpusat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kabut asap yang sudah terjadi
kurang lebih 4 bulan, belum mendapatkan prioritas penanganan dari pemerintah.
Bahkan kabut asap dan kebakaran hutan
tidak ditempatkan pemerintah dengan sebutan status darurat atau siaga.
Pemerintah
nampak abai terhadap keamanan manusia dan keamanan lingkungan hidup. Keamanan menekankan pada nasib
manusia, mengenai pengejaran kebebasan dari ancaman. Mengenai cara bertahan,
tetapi juga termasuk kondisi yang mendukung keamanan. Keamanan menyentuh nasib
sekelompok manusia dan menyentuh keamanan personal menyangkut kehidupan manusia
secara individual (Buzan, 1991). Beberapa pengaruh langsung yang jelas terlihat
yaitu kesehatan. Bagaimana kerusakan lingkungan hidup berpengaruh terhadap
tingkat kesehatan manusia dan tingkat kualitas hidup manusia. Apabila tidak
tertangani dengan baik, maka kerusakan lingkungan hidup menjadi bencana bagi
kelangsungan hidup manusia.
Dampak
kedua yaitu ancaman psikologis, apabila kerusakan lingkungan hidup tidak
mendapatkan penanganan yang serius akan memicu stress akibat minimnya sumber
daya alam ataupun frustasi karena merasa jenuh dengan kejadian yang berulang
kali akibat dampak buruk akibat lingkungan hidup yang bersifat laten. Ketiga, kerugian
ekonomi. Kerusakan lingkungan hidup akan berdampak langsung terhadap aktivitas
perekonomian, bahkan dapat menimbulkan kemiskinan akut akibat keadaan
lingkungan hidup yang kritis. Keempat, potensi konflik atau kekerasan yang
diakibatkan dampak yang kedua terkait dengan psikologis. Dampak terakhir,
ancaman kepunahan sumber daya hayati dan satwa yang akan memicu kekacauan
rantai makanan dan siklus makhluk hidup.
Politisasi Keamanan Manusia
Pemerintah
tidak menampakkan sikap serius dalam menangani kebakaran hutan dan lahan yang
menyebabkan kabut asap. Indikasi ketidakseriusan yang pertama adalah penanganan
yang lamban dan tidak ada upaya strategis untuk menangani hal ini berbentuk
rencana strategis untuk masa yang akan datang. Kedua, pemerintah Joko Widodo
pada awal pemerintahan sangat identik dengan ‘blusukan’. Namun ‘blusukan’ ini
perlu dilanjutkan dengan ikut menghayati penderitaan warga yang terkena kabut
asap. Yang ketiga, pemerintah belum mengeluarkan data terkait jumlah korban
meninggal akibat asap; jumlah korban menderita sakit akibat asap; jumlah
kerugian ekonomi yang ditimbulkan kabut asap; jumlah lahan dan hutan yang
terbakar; dan data terkait ancaman kepunahan sumber daya hayati dan satwa.
Apabila
pemerintah serius, maka data ini akan diluncurkan guna memperlihatkan buruknya
pengaruh akibat kebakaran hutan. Selain itu, pemerintah belum secara tegas
memetakan masalah penyebab kabut asap, baik itu diakibatkan oleh pembukaan
lahan, kebakaran lahan gambut atau kebakaran akibat iklim panas yang ekstrem.
Pemetaan masalah kebakaran hutan yang transparan menjadi indikasi pelaksanaan
demokrasi yang baik. Demokrasi ditandai dengan aksesibilitas informasi publik,
maka pemerintah seharusnya menerapkan demokrasi secara utuh untuk keamanan
manusia dan keamanan lingkungan hidup.
Indikasi
ketidakseriusan pemerintah lainnya adalah implementasi hukum yang lemah
terhadap pelaku kejahatan lingkungan hidup. Para pelaku kejahatan lingkungan
hidup tidak mendapatkan cap sebagai pelaku kejahatan luar biasa. Bagaikan dua
sisi mata uang, isu ini pun mendapatkan perhatian yang minim dari DPR. DPR
tidak menempatkan isu kerusakan lingkungan hidup sebagai bagian prioritas
legislasi. Saat ini legislasi terkait keamanan manusia dan lingkungan hidup menjadi
sangat penting dan mendesak.
Di
saat agenda global mengenai Tujuan Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals-SDGs) tengah diimplemantasikan, namun Indonesia mengalami
kemunduran apabila disandingkan dengan standar SDGs. Beberapa aspek terkait
lingkungan hidup diangkat sebagai agenda SDGs karena akan menunjang pembangunan
dan kualitas hidup manusia, diantaranya kesehatan yang terjamin, akses yang
memadai sanitasi dan air bersih, energi terbarukan, aksi untuk mengatasi
perubahan iklim, dan melindungi kehidupan bawah laut. Sayangnya, Indonesia
masih berjibaku menyelesaikan hal yang sangat dasar untuk melindungi keamanan
lingkungan hidup agar keamanan hidup manusia terlindungi, sementara itu agenda
global jauh mempersyaratkan kualitas hidup yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar