Meng(Ingat) Khitah Sebagai Bangsa Indonesia
Ica Wulansari
Pertanyaan
berikutnya, apa tujuan yang hendak dicapai dalam pertarungan politik? Jargon
untuk meraih kesejahteraan begitu diidamkan bagi seluruh rakyat Indonesia
terutama kaum marjinal dan miskin. Bagi kaum marjinal dan miskin, masih bisa
bermimpi merupakan hal yang mewah di balik kerasnya pergulatan bertahan hidup.
Pertarungan Politik
Dalam
setiap pertarungan politik akan menguak kelebihan dan kekurangan lawan politik
yang merupakan hal yang lazim melekat dalam diri manusia yang tidak sempurna. Lantas
pertarungan politik ini hendak kemana? Pertanyaan besar itu yang akan
menggiring pada isu berikutnya.
Pertarungan
politik pada dasarnya merupakan hal yang lazim yang semua manusia lakukan yaitu
masuk dalam sebuah seleksi. Seleksi tersebut kemudian menghasilkan yang kuat
yang dapat bertahan sebagaimana teori klasik evolusi Charles Darwin.
Pertarungan
politik ini merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan bernegara. Namun,
memiliki fenomena yang berbeda dalam setiap kontestasinya. Kontestasi yang
ideal adalah mampu menghadirkan tokoh-tokoh yang memiliki reputasi dan
kredibilitas yang baik. Selain itu, dibutuhkan kematangan dan kedewasaan bagi
para elit politik hingga rakyat untuk menyikapi kontestasi tersebut.
Kontestasi
yang berlangsung damai, mampu menghargai perbedaan dan ketika kontestasi
berakhir dengan kedamaian menjadi hal yang utama dalam pertarungan politik.
Karena pertaruangan berikutnya bagaimana menunjukkan komitmen dalam janji-janji
politik dan terutama menunjukkan kebijakan yang berpihak terhadap kepentingan
rakyat.
Khitah Sebagai Bangsa
Mencermati
pergulatan politik beberapa waktu ini terdapat distorsi dan dikotomi yang cukup
kuat sehingga memperlihatkan pergesekan baik di tingkat elit politik hingga
akar rumput. Bahkan dunia maya sebagai bagian dari revolusi teknologi informasi
pun menimbulkan pergesekan yang memunculkan perdebatan tidak berkesudahan,
ujaran kebencian hingga berita-berita bohong. Di titik inilah, selayaknya
logika dan hati nurani masyarakat mampu bermain untuk menjaga persatuan.
Mengapa dikhususkan bagi masyarakat ataupun entitas besar yaitu rakyat? Karena
kekuatan massa saat ini mampu menggerakkan perubahan.
Mengikuti
pemikiran sosial Anthony Giddens dalam teori strukturasi bahwa
individu-individu dalam masyarakat mampu mengubah struktur. Maka, perubahan
sosial yang saat ini terjadi karena dorongan-dorongan individu masyarakat yang
dapat mengubah atau bahkan mengguncangkan struktur. Tulisan ini tidak
dimaksudkan untuk membuat guncangan dalam masyarakat, tetapi untuk memberikan
dukungan dan dorongan agar individu masyarakat mampu berperan dalam stabilitas
entitas kebangsaan.
Penulis
berpendapat bahwa selaku individu maupun bagian masyarakat dan bagian bangsa
hendaknya melakukan refleksi dan mengingat definisi hidup sebagai entitas.
Entitas yang mana yang hendak dipilih? Dalam cakupan hidup hak dan kewajiban
berpolitik maka entitas yang perlu diperhatikan adalah entitas bernegara yang
berwujud sebagai bangsa. Entitas bangsa ini yaitu Indonesia mencakup semua
artinya entitas sebagai bagian pluralisme Indonesia dengan segala keragaman
politik, suku bangsa, agama maupun sistem sosial.
Ketika
menyadari entitas sebagai bangsa apakah cukup? Untuk memperkuat ikatan batin
dan emosi entitas tersebut perlu didukung dengan rasa toleransi, tenggang rasa
dan kebanggaan menjadi bagian sebuah bangsa. Ketika tiga hal tersebut terkoyak,
maka pertanyaan berikutnya masihkan kita merasa menjadi bagian bangsa tersebut?
dan masihkah kita menginginkan menjadi bangsa yang mampu berdiri tegak dengan
penuh kemuliaan karena mampu mengatasi perbedaan yang ada? Refleksifitas
tersebut perlu dilakukan sebagai upaya kita sebagai bangsa Indonesia untuk kembali
kepada khitah sebagai bangsa Indonesia yang plural.
Entitas Spiritual
Pada
bagian ini yaitu entitas sebagai pemeluk agama yang tidak dapat didefinisikan, tidak
dapat dinilai dan tidak dapat diukur karena merupakan hak prerogatif Tuhan Yang
Maha Esa. Namun, di titik ini refleksi yang perlu dihadirkan dengan argumentasi
bahwa landasan agama memberikan landasan yang kokoh untuk melakukan kebaikan
dan menghargai kemanusiaan. Ketika landasan agama tersebut begitu menjiwai bagi
individu akan memunculkan spiritualitas. Spiritualitas akan diikuti dengan
berbagai ragam kesolehan termasuk kesolehan sosial dan ucap tingkah gerak laku
yang berupa adab yang santun.
Spiritualitas
ini akan mengendap dalam berbagai entitas sosial dan meninggalkan jejak yang
dapat membangun situasi yang kondusif bagi berjalannya sebuah negara bangsa.
Spiritualitas tidak hanya berupa simbolik namun menekankan pada adab yang
diperlihatkan mencerminkan kemapanan proses spiritualitas.
Untuk
kembali ke khitah sebagai bangsa Indonesia saat ini dibutuhkan proses
spiritualitas. Mengapa harus berproses? Karena proses tersebut melewati proses
pembelajaran dan uji coba dalam perjalanannya.
Maka entitas spiritual mampu mengawal bangsa ini untuk menjadi bangsa
yang beradab.
Ica Wulansari
Pengamat sosial dan lingkungan hidup
Komentar
Posting Komentar