Lokalitas Sunda yang Cerdas Membuat Terpingkal dan Bernas Hanjakal Euweuh Ganas
Pertama kali lihat buku itu sekitar tahun 2013 di sebuah toko di kota Bandung yang dulu disebut kota kembang yang sekarang duka teuing kembangna kamana (ga tau dimana bunganya). Saya tergelitik melihat cover buku itu, karena mengingatkan saya pada tokoh Mang Ohle yang merupakan icon dari sebuah surat kabar yang terkenal di seantero Jawa Barat. Begitu pula judulnya terkesan jenaka karena "Mikiran Yayat" yang berarti memikirkan Yayat yang terkesan mirip dengan nama surat kabar tersebut. Hati saya sangat yakin pasti ini parodi yang isinya banyak heureuy (candaan) dan pikaseurieun (akan membuat tertawa terpingkal-pingkal). Baru sekilas melihat saja memang lucu. Tapi sejujurnya saya kagum dengan penulis buku ini (yang saya tidak tahu persisnya siapa penulisnya) mengangkat lokalitas khas Sunda, yang isinya merakyat dengan tema aktual secara jenaka dan dibuat seperti tulisan berita (padahal parodi komedi) dan cerdas. Mengapa cerdas? karena tidak mudah membuat orang lain tertawa melalui tulisan. Selain itu, cerdas mengkritisi berbagai hal dengan cara menggelitik. Namun karena buku ini lokalitas nyunda banget, bagi yang tidak paham istilah Sunda belum tentu akan paham candaannya. Walaupun kata berbahasa Sunda menempati 20% dalam buku tersebut dan ada terjemahannya, namun belum tentu bagi yang tidak paham budaya Sunda akan terpingkal-pingkal. Kalau saya membaca buku ini, seuri wae da bodor pisan (ketawa aja, lucu banget).
Buku ini berawal dari sebuah blog http://mikiranyayat.blogspot.co.id yang isinya memang lucu. Salah satunya yang berjudul "Gerah dengan Tuntutan Mundur: Moammar Khadafi dan Nurdin Halid Bertemu" yang diposting pada 27 Februari 2011. Coba bayangkan mana mungkin Khadafi dan Nurdin Halid ketemu dalam rangka apa coba?
Gerah dengan tuntutan mundur yang disuarakan berbagai supporter sepakbola di
Terus ada lagi yang lucu yaitu berjudul "Sepakbola :Terus Dielu-elukan Penonton Gelora Bung Karno, Podolski Mengaku Terpancing". (http://mikiranyayat.blogspot.co.id/2013/07/sepakbola-terus-dielu-elukan-penonton.html). Podol itu dalam bahasa Sunda artinya mau buang air besar, dalam tulisan ini dibuat parodi bahwa Podolski ketika dielu-elukan dengan teriakan podol seringkali ingin nagog (jongkok) dan kalau gitu borora`ah hayang lumpat (boro-boro bisa lari, yang ada mules). Kalau saya tuliskan di sini belum tentu lucu. Pesan moralnya, tulisan semacam seharusna diperbanyak dan tidak hanya mengangkat lokalitas Sunda maupun lokalitas dari suku lainnya perlu banyak diangkat. Pertama agar bahasa daerah tetap ada penggunanya, melestarikan budaya dan yang terakhir syiar budaya melalui cara-cara yang tidak biasa, namun dapat diterima masyarakat seiring perubahan jaman berjalan.
MY : Mengapa teu ngeunah beuteung?
Podols: Teu ngeunah beuteung pedah disurakan wae ku penonton. Tiap menggiring bola penonton seisi stadion nyurakan “Podol..Podol..”. Akibatnya saya jadi kehilangan konsentrasi. Saya jadi kepikiran terus hayang nagog. Kalau sudah begitu borora'ah hayang lumpat. Langkah jadi asa bareurat. Saya jadi tidak berani melepaskan tendangan. Takut kalau - kalau itu yang sudah mencuat di wilayah pendudukan ikut kelepasan..
MY : Mengapa hayang nagog?
Podols: Nagog di tengah lapang adalah hal yang aib bagi pemain yang berposisi penyerang lubang seperti saya. Staminanya terlihat tidak prima. Tapi mau bagaimana lagi, karena lubang Podolski sudah empod-empodan
MY : Mengapa Podolski empod-empodan?
Podols : Sejak kecil saya saya sudah dipanggil Jang Empod oleh teman main saya. Karena kalau lumpat suka empod-empodan. Tapi itu ada berkahnya. Orang yang lumpatnya empod-empodan katanya menyimpan daya ledak tinggi. Sebenarnya risih juga sih punya nama Podolski. Karena Podolski berkonotasi tidak harum namanya.
Komentar
Posting Komentar