Mencari Allah di Belantara Globalisasi
http://36.media.tumblr.com/190cb22e9bc6eec86431a3c115198259/tumblr_inline_nr31ntiBKj1twicmd_500.jpg
Hari ini hari yang cukup melelahkan bagi saya. Kebetulan saya harus menghabiskan waktu saya dengan kemacetan lalu lintas, kelelahan berhimpitan di transportasi publik dan harus menunggu lama karena kereta atau bis yang lewat, penuh sesak, maka saya memutuskan menunggu dengan risiko lama menunggu dan pegel tentunya. Sering, saya bete, kesal dan marah sendiri dengan situasi ini. Karena hati dan pikiran saya tidak diisi dengan mengingat Allah. Allah ada di mana-mana, tapi seringkali kita (saya lah lebih tepatnya) tidak berusaha mengingat-Nya. Ingat kalau ada keinginan, Untung Allah maha pemaaf, kalau tidak, pasti akan murka dengan banyaknya kesalahan yang sudah saya perbuat.
Beberapa hari ini begitu banyak hal yang mengganggu pikiran saya mengenai ramainya isu LGBT, beragam kasus pelecehan seksual bahkan pelakunya anak-anak, kejahatan yang merajalela, kasus korupsi yang santer terdengar, masyarakat miskin yang tidak berdaya, kerusakan alam...daannn..saya hanya bisa terdiam, termenung, memikirkan harus bagaimana dan belum berbuat apa-apa untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Kenapa harus merasa bertanggung jawab? kan ada pemerintah yang harus bertanggung jawab. Bukankah menjadi manusia yang bermanfaat untuk sebanyak-banyaknya umat menjadi keharusan yang diperintahkan Allah?
Kemarin, saya membaca Figur tokoh muslim, Haji Misbach di http://indoprogress.com/2015/12/andai-haji-misbach-mimpin-ormas-islam/. Haji Misbach mengecam perilaku ulama yang diam atas kezaliman yang terjadi. Menurutnya sikap itu munafik. Haji Misbach mengatakan taktik imperialis adalah meneguhkan kekuatan di tanah yang dijajahnya adalah taktik politik memecah belah yang melemahkan rakyat. Loh apa hubungannya dengan kegalauan saya di atas dengan pernyataan Haji Misbach?
Begini, saat ini era globalisasi, memang banyak negara, termasuk Indonesia sudah merdeka, padahal sebenarnya tidak merdeka. Karena globalisasi adalah bentuk modern dari kolonialisme. Mengapa? coba lihat, mata uang dunia yang menjadi mata uang yaitu dolar, euro. Negara-negara seperti Indonesia yang standar ekonominya rendah dipaksa mengikuti standar nilai yang tinggi, maka orang-orang bule yang datang ke Indonesia akan banyak uang untuk belanja masuk ke negara kita. Bagaimana dengan kita kalau ke luar negeri? ya pas-pasan, nilai mata uangnya jauh sekali harganya. Apa lagi, ciri globalisasi? Negara kita kaya akan sumber daya alam, tapiiii apakah kita merdeka mengelolanya? tentu tidak, kan ada perusahaan multinasional (MNCs-Multinational Corporations). Mengapa? karena keberadaan mereka menurut teori ekonomi politik internasional akan memberikan stimulus ekonomi. Ekonomi negara berkembang yang baik kalau tinggi nilai investasi asing, salah satunya digerakkan oleh MNCs. Ada yang dirugikan? ya ada, masyarakat yang menjadi buruh berupah murah tapi ga punya pilihan untuk bekerja. Selain itu, masyarakat yang direbut lahannya oleh kapitalis dan kemudian dilegalkan oleh negara karena diatur dalam produk perundang-undangan. yang sekarang terkenal dengan istilah konflik agraria. Kalau mengikuti Haji Misbach, mana peran ulama atau organisasi Islam terhadap isu ini? Saat ini yang ramai diperbincangkan perbedaan sekte Syiah dan Suni yang kemudian menjadi konflik berdarah di Suriah dan masyarakat sipil menjadi korban dan dunia internasional diam. Mengapa tokoh Islam atau organisasi Islam tidak mengangkat nasib masyarakat kecil yang tergencet oleh kapitalisme? Padahal ini penting sekali loh untuk dibahas, levelannya untuk arah kebaikan dan perdamaian.
Globalisasi meninggalkan jejak seperti apa? Internet dan media yang menjadi teknologi mengagumkan, namun memiliki dua sisi yang berlawanan, bisa sebagai alat untuk penyebaran informasi, ilmu pengetahuan dan memberikan pencerahan. Namun, bisa untuk menyebarkan hal-hal yang menjadi ancaman dan membahayakan bagi umat manusia. Salah satunya adalah pornografi. Saat ini, kasus pelecehan seksual terhadap anak bahkan pelakunya anak-anak semakin mengganas. Belum lagi kasus pelecehan yang terjadi melibatkan anggota keluarga yang sulit diterima oleh nalar sehat. Akses pornografi dengan mudah ditemukan. Menurut psikolog, ibu Elly Risman, bahaya pornografi lebih berbahaya dari kecanduan narkoba. Mana upaya serius pemerintah untuk menghentikan ini? mana tokoh agama menyerukan darurat mengenai masalah ini? Padahal apabila masalah ini tidak mendapatkan penanganan serius akan semakin banyak masyarakat yang 'sakit' yang akan berbahaya perilakunya.
Isu LGBT di negara-negara Barat sudah masuk diskursus dan beberapa negara memberikan legalisasinya. Kelompok pegiat LGBT masuk melalui ranah media, menawarkan isu ini dan seolah-olah ini adalah alamiah atau bawaan lahir. Kemudian isu ini digiring ke ranah HAM. Media dan internet turut pula mempromosikan LGBT bersamaan dengan derasnya pornografi. Bagaimana dengan isu ini? tentu menurut agama ini adalah HARAM hukumnya. Terus bagaimana upaya nyata untuk memberikan pemahaman agama sebagai bentuk kuat-kuatan pengaruh. Kalau pengaruh media tentang isu ini kuat, apalagi didukung kekuatan finansial kelompok kapitalis yang mengambil keuntungan dari isu ini, maka tanda-tanda akhir zaman semakin jelas terbuka atau gamblangnya 'Kiamat sudah dekat, saudara-saudara'.
Jadi, masihkah Allah ada di belantara globalisasi? Masihkah Allah ada di hatimu? Masihkah kita takut pada-Nya? Jangan gunakan Allah untuk menyebarkan kebencian. Jangan gunakan kata Allahu Akbar untuk melakukan tindakan perusakan. Jangan menjual nama Allah untuk kepentingan yang jelas bukan untuk peruntukan agama. Globalisasi menunjukkan kehebatan manusia, tetapi manusia hanyalah buih yang tidak akan mengalahkan Allah. Allah ada di mana-mana..carilah Dia..Allah yang Maha Agung, menyebutkan nama-Nya pun begitu takjub dan penuh haru.
Komentar
Posting Komentar