Olahan Sagu untuk Pangan Alternatif
Kebijakan pangan nasional yang
menitikberatkan pada beras menjadikan makanan pokok lainnya tidak menjadi
populer. Sagu merupakan makanan pokok khas Indonesia Timur yang juga dapat
diolah menjadi tepung dan mie. Di Kepulauan Sangihe tepatnya di desa Karatung 1
Kecamatan Manganitu Sulawesi Utara, makanan pokok sebagian besar warganya
adalah sagu. Walaupun makanan pokok alternatif lainnya seperti nasi, singkong,
ubi jalar (batata) dan keladi (bete) menjadi pangan alternatif di desa
Karatung. Umumnya warga Karatung setiap kepala keluarga memiliki lahan seluas 1
hingga 2 hektar lahan sagu. Umumnya penganan sagu diolah menjadi dange (sagu
yang dicetak dengan alat), dadar (sagu berbentuk bulat seperti telor dadar)
hingga pineda (sagu berpotongan kecil). Hidangan sagu seringkali dilengkapi
dengan sayur gedi dan rebung beserta ikan cakalang yang diasap.
Pineda (yang berwarna putih) merupakan
sagu olahan untuk makanan pokok
Pohon sagu yang terdapat di Manganitu terdiri
dua jenis yaitu sagu baru dan sagu duri. Namun, sagu baru dominan ditemui di
desa Karatung 1 dengan kulit daging berwarna putih. Untuk mengambil sagu pun
tidak sembarangan karena sagu dapat diolah apabila umur batang sagu berusia
antara 15 hingga 20 tahun. Batang sagu yang sudah diambil kemudian dibelah
menjadi 6 bagian dan dibersihkan dari kulitnya. Kemudian sagu yang sudah
dibersihkan dimasukkan ke mesin penggilingan untuk menjadi serbuk sagu,
sedangkan sisa kayunya dijadikan sebagai kayu bakar untuk memasak. Kayu bakar
merupakan energi utama untuk memasak karena di Manganitu tidak terdapat bahan
bakar gas dan minyak tanah subsidi seharga Rp. 3.200 per liter. Serbuk sagu
tersebut kemudian diberi air dan diperas untuk diolah menjadi penganan pineda,
dadar atau dange.
Batang sagu yang telah berusia 15 tahun
diangkut
Sagu yang telah dipisahkan dari batangnya
dimasukkan ke mesin penggilingan
Kelompok tani Lestari desa Karatung 1 mendapatkan
pendampingan dari Perkumpulan Yapeka (kelompok yang memiliki perhatian pada
keanekaragaman hayati) untuk mengolah sagu menjadi mie dan tepung sehingga
menjadi nilai tambah.
Sagu yang telah menjadi menjadi serbuk
dapat menjadi bahan tepung maupun mie. Untuk menjadi tepung, maka serbuk sagu
dapat dijemur selama 3 hari di bawah sinar matahari untuk kemudian diayak agar
serbuk tepung lebih halus. Dalam satu bulan, kelompok tani Lestari Karatung 1
mampu menghasilkan 20 hingga 30 kilogram tepung. Selain itu, tepung sagu ini
telah mendapatkan pengawasan dari Badan POM dan tengah menunggu sertifikasi
halal dari MUI.
Tepung sagu yang sudah dikemas
Sedangkan pembuatan mie sagu diawali
dengan memasukkan adonan sagu ke dalam mesin pengaduk (mixer) selama 15 menit.
Kemudian adonan sagu dikukus setelah halus, dalam keadaan panas, adonan segera
dikeluarkan dari panci dan dimasukkan ke mesin pecetak kemudian potongan mie
digunting sesuai ukuran yang diinginkan. Proses terakhir potongan mie tersebut
dijemur selama 2 hari agar kondisinya kering. Mie sagu yang sudah dimasak, bentuknya
hampir menyerupai bihun namun berwana bening dan teksturnya sangat halus dan
licin, namun enak untuk dikonsumsi.
Tekstur mie sagu
Komentar
Posting Komentar