Pak Gendut, Pak Singlet atau Pak Kumis
Warung Pak Gendut, itu terletak di jalan Malioboro, Jogjakarta. Penamaan warung yang unik. Sebagian besar, banyak yang merasa tidak pede karena berbadan tambun, bahkan penggunaan kata Gendut seolah bersifat menghina. Namun, siapa sangka nama itu bisa juga mendatangkan rejeki. Yah semuanya tergantung perspektif. Saya jadi teringat pula dengan Sate Pak Kumis (saya lupa di kota mana). Sate Pak Kumis ini sate khas Madura..tee...satee taiyee. Sate maknyus, namun satu hal yang unik pak Kumis selalu berkumis belum pernah tidak berkumis. Bagaimana kalau tidak berkumis, ya susah lagi bikin tulisan di spanduk, bikin tulisan di gerobak, susah lagi sosialisasi kalau berubah nama. Apalagi Pak Kumis ga punya PR yang bisa kasi sosialisasi kemana-mana. jadi Pak Kumis tetap berkumis aja.
Kemudian di kota Medan, saya teringat Durian Pak Singlet. Jadi ada warung durian di pinggir jalan di kota Medan. Saya tidak mengetahui apakah warung itu buka pas musim durian saja atau tidak. Nah, saya tertarik masuk ke lapaknya. Jadi lapaknya unik menggunakan tenda yang tidak beraturan, tapi yang pasti bukan tenda biru sodara-sodara. Nah, tenda itu memang untuk melindungi sengatan matahari yang terik.
Begitu masuk, semuanya memakai kaos, tidak ada yang pake singlet. Ingin hati ini bertanya, tapi apa daya aroma duren begitu merasuk kalbu menusuk hidung dan tanpa basa-basi saya makan duren itu. Saya menikmati duren itu, di sela-sela perjalanan tugas saya menjadi kuli tinta (dulu..sekarang sudah tidak jadi kuli tinta).
Apalah arti sebuah nama, namun nama bisa menjadi doa, bisa mengundang perhatian. Penggunaan brand unik dapat pula mendorong meningkatkan penjualan (begitu kata pakar..pakar mana? ya pakar marketing kalii).
Komentar
Posting Komentar